RADEN WIJAYA
(Sri Maharaja Sanggramawijaya Sri Kertarajasa Jayawarddhana)
Oleh: WacanaNusantara
11 April, 2011
(Sri Maharaja Sanggramawijaya Sri Kertarajasa Jayawarddhana)
Oleh: WacanaNusantara
11 April, 2011
Setelah kekuasaan Jayakatwang ditaklukan,Raden
Wijaya kemudian memimpin pasukannya ke arah Daha, menggempur balik
pasukan Tartar (Mongol) yang tengah larut dalam uforia menundukan Jawa.
Tak ayal, serangan itu membuat pasukan yang dipimpin oleh Ike Meise
harus kehilangan banyak prajurit sehingga harus menariknya untuk mundur
meninggalkan tanah Jawa.
Krtarajasa Jayawardhana (Nararyya
Sanggramawijaya/Raden Wijaya), memerintah tahun 1215–1231 Saka/1293-1309
AD. Bergelar Sri Maharaja Mahawiratmeswaranindita Parakramottunggadewa
Sri Krtarajasajayawardhana atau Sri Maharaja Sri Yawabhuwana
Parakrameswara Rakryan Maha-mantri Sanggramawijaya Sri Krtarajasa
Jayawardhana Anantawikramottunggadewa. Raden Wijaya adalah pendiri
sekaligus raja pertama yang memerintah Kerajaan Majapahit.
Berdasarkan uraian serat Pararaton,
Raden Wijaya adalah putra Mahisa Campaka dari Kerajaan Singasari.
Menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, Raden Wijaya adalah putra
pasangan Rakeyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal. Ayahnya adalah putra
Prabu Guru Darmasiksa, raja Kerajaan Sunda Galuh, sedangkan ibunya
adalah putri Mahisa Campaka dari Kerajaan Singasari. Kisah tersebut
mirip dengan cerita Babad Tanah Jawi yang menyebut pendiri Kerajaan
Majapahit bernama Jaka Sesuruh putra Prabu Sri Pamekas raja Kerajaan
Pajajaran, yang juga terletak di kawasan Sunda. Akan tetapi,
Nagarakretagama menyebut Dyah Lembu Tal merupakan putra Narasingamurti
dan memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan
ayah dari Raden Wijaya.
Sumber-sumber tertulis mencatat
(Prasasti Balawi; Nagarakrtagama) bahwa Raden Wijaya menikahi
putri-putri Krtanagara: Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi,
dan Gayatri. Namun menurut Pararaton, Raden Wijaya menikahi dua putri
Krtanagara, dan seorang putri lain yang berasal dari keturunan Kerajaan
Malayu ‘Dara Petak’. Dari putri sulung Krtanagara yang bergelar
Tribhuwaneswari, Raden Wijaya dikaruniai putra bernama kecil ‘Kalagemet’
dan gelar remi Jayanagara (menurut Pararaton, Jayanagara sebenarnya
putra Dara Petak yang oleh Kakawin Nagarakrtagama disebut Indreswari);
sedangkan dari Dyah Gayatri, Raden Wijaya dikarunia dua putri yaitu Dyah
Gitarja dan Dyah Wiyat.
Pendiri dan Raja Majapahit
Atas kegemilangannya, Raden Wijaya kemudian menjadi raja
di kerajaan yang ia dirikan (Majapahit),
bergelar Sri Maharaja Sanggramawijaya Sri Kertarajasa Jayawarddhana.
Tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka (10 November1293).
Pada tahun 1292 M
terjadi pemberontakan Jayakatwang Bupati Gelang-Gelang terhadap
Kerajaan Singasari. Raden Wijaya ditunjuk Kertanagara untuk menumpas
pasukan Gelang-Gelang yang menyerang dari arah utara Singasari. Raden
Wijaya berhasil memukul mundur musuhnya. Namun pasukan pemberontak yang
lebih besar datang dari arah selatan dan berhasil menewaskan
Kertanagara.
Bersama
Arya Wiraraja, Raden Wijaya merencanakan siasat untuk merebut kembali
takhta dari tangan Jayakatwang. Aria Wiraraja menyampaikan berita kepada
Jayakatwang bahwa Raden Wijaya menyatakan menyerah kalah. Jayakatwang
yang telah membangun kembali negeri leluhurnya, menganugerahkan Hutan
Tarik di sebelah timur Kadiri untuk dibangun sebagai kawasan perburuan.
Raden Wijaya beserta orang-orang Songeneb kemudian membuka hutan
tersebut. Menurut Kidung Panji Wijayakrama dan serat Pararaton, beberapa
dari mereka menemukan buah maja yang rasanya pahit dan desa pemukiman
yang baru didirikan tersebut diberi nama Majapahit.
Peristiwa seputar Pemerintahan
Raden Wijaya dalam
Prasasti Balawi tahun 1305 Masehi menyatakan dirinya dan pemerintahannya
memakainama Wangsa Rajasa (Ken Arok). Dalam memerintah kerajaan
Majapahit, Raden Wijaya mengangkat para pengikutnya yang dulu setia
dalam perjuangan. Nambi diangkat sebagai patih Majapahit, Lembu Sora
sebagai patih Daha, Arya Wiraraja dan Rangga Lawe diangkat sebagai
pasangguhan (gelar Senapati dalam kesusastraan Jawa). Raden Wijaya juga
memberikan anugerah kepada pemimpin Desa Kudadu yang dulu melindunginya
saat pelarian menuju Pulau Madura.
Pada tahun 1295 terjadi Peristiwa
pemberontakan Rangga Lawe. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan
Nambi sebagai patih, dan menjadi perang saudara pertama yang melanda
Majapahit. Setelah Rangga Lawe tewas, pada tahun 1300 Masehi terjadi
peristiwa pembunuhan Lembu Sora, paman Ranggalawe. disusul kemudian
Nambi yang ikut tercoreng Namanya hingga ia juga harus tewas sebagai
penghianat.
Menurut berita Pararton, di dalam mengelola
tatanan politik pemerintahannya, selanjutnya Raden Wijaya membentuk
kelompok khusus disebut Dharmaputra atau pengalasan wineh suka (pejabat
istimewa yang diberi anugerah raja atau pegawai/pembesar yang
disayangi/dimanjakan raja). Kelompok itu terdiri dari Ra Kuti, Ra
Pangsa, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Tanca dan Ra Banyak.
Peristiwa seputar Pemerintahan Raden Wijaya
dalam Prasasti Balawi tahun 1305 Masehi menyatakan dirinya dan
pemerintahannya memakai nama Wangsa Rajasa (Ken Arok). Dalam memerintah
kerajaan Majapahit, Raden Wijaya mengangkat para pengikutnya yang dulu
setia dalam perjuangan. Nambi diangkat sebagai patih Majapahit, Lembu
Sora sebagai patih Daha, Arya Wiraraja dan Rangga Lawe diangkat sebagai
pasangguhan (gelar Senapati dalam kesusastraan Jawa). Raden Wijaya juga
memberikan anugerah kepada pemimpin Desa Kudadu yang dulu melindunginya
saat pelarian menuju Pulau Madura.
Pada tahun 1295 terjadi Peristiwa
pemberontakan Rangga Lawe. Pemberontakan ini dipicu oleh pengangkatan
Nambi sebagai patih, dan menjadi perang saudara pertama yang melanda
Majapahit. Setelah Rangga Lawe tewas, pada tahun 1300 Masehi terjadi
peristiwa pembunuhan Lembu Sora, paman Ranggalawe. disusul kemudian
Nambi yang ikut tercoreng Namanya hingga ia juga harus tewas sebagai
penghianat.
Menurut berita Pararton, di dalam mengelola
tatanan politik pemerintahannya, selanjutnya Raden Wijaya membentuk
kelompok khusus disebut Dharmaputra atau pengalasan wineh suka (pejabat
istimewa yang diberi anugerah raja atau pegawai/pembesar yang
disayangi/dimanjakan raja). Kelompok itu terdiri dari Ra Kuti, Ra
Pangsa, Ra Wedeng, Ra Yuyu, Ra Tanca dan Ra Banyak.
Akhir Hayat
Menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal
dunia pada tahun 1309 M. Ia dimakamkan di Antahpura dan dicandikan di
Simping sebagai Harihara, atau perpaduan Wisnu dan Siwa. Raden Wijaya
digantikan Jayanagara sebagai raja selanjutnya.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar