Selasa, 26 Juni 2012
Rabu, 20 Juni 2012
Liem Soei Liong: ‘Penjaga Telur Emas’ Bagi Kekuasaan Jenderal Soeharto (3)
In Politik, Historia on June 18, 2012 at 4:55 AM
PENEMPATAN Liem Soei Liong oleh Presiden Soeharto di tempat istimewa –bukan hanya meng-atas-i Pertamina seperti di Pakanbaru, tetapi juga dalam berbagai hal lainnya– dari hari ke hari menjadi sesuatu yang semakin lazim. Seringkali, secara diam-diam maupun terbuka, menjadi suatu kenyataan yang tidak mengenakkan hati orang-orang sekitar Soeharto sendiri. Liem Soei Liong lebih gampang bertemu Soeharto, setiap saat, dibanding misalnya dengan sejumlah menteri kabinet. Akses Liem ke istana jauh lebih istimewa. Letnan Jenderal Sarwo Edhie, saat menjadi Ketua BP7 Pusat, pernah menumpahkan kekesalannya kepada beberapa Manggala BP-7, usai suatu acara silaturahmi –open house– saat lebaran di Cendana. “Kita harus antri masuk Cendana untuk menyalami pak Harto”, ujarnya. “Tapi, Liem dan kawan-kawan diberi jalan masuk khusus tersendiri ke dalam…..”. Dengan demikian, Jenderal Sarwo Edhie menjadi jenderal ketiga yang nesu terhadap keistimewaan Liem Soei Liong di sisi kekuasaan Soeharto.
PENEMPATAN Liem Soei Liong oleh Presiden Soeharto di tempat istimewa –bukan hanya meng-atas-i Pertamina seperti di Pakanbaru, tetapi juga dalam berbagai hal lainnya– dari hari ke hari menjadi sesuatu yang semakin lazim. Seringkali, secara diam-diam maupun terbuka, menjadi suatu kenyataan yang tidak mengenakkan hati orang-orang sekitar Soeharto sendiri. Liem Soei Liong lebih gampang bertemu Soeharto, setiap saat, dibanding misalnya dengan sejumlah menteri kabinet. Akses Liem ke istana jauh lebih istimewa. Letnan Jenderal Sarwo Edhie, saat menjadi Ketua BP7 Pusat, pernah menumpahkan kekesalannya kepada beberapa Manggala BP-7, usai suatu acara silaturahmi –open house– saat lebaran di Cendana. “Kita harus antri masuk Cendana untuk menyalami pak Harto”, ujarnya. “Tapi, Liem dan kawan-kawan diberi jalan masuk khusus tersendiri ke dalam…..”. Dengan demikian, Jenderal Sarwo Edhie menjadi jenderal ketiga yang nesu terhadap keistimewaan Liem Soei Liong di sisi kekuasaan Soeharto.
Jumat, 15 Juni 2012
The War & Peace Show
Commemorating the 30th Anniversary of the Falklands
Open Invitation to Veterans
This
is an invitation to all World War II and Falklands War veterans who served both
overseas and in the UK, and to those who served in support organisations such
as the Red Cross, the Land Army and the WRVS. Organisers of the War and Peace Show would be honoured to welcome you as our guests at this year's event.
You will have an opportunity to:
- Meet up with old comrades, enjoy a drink and exchange reminiscences
- See a huge variety of weaponry and vehicles from tanks to artillery
- Watch battle re-enactments and see displays by living history groups
- Enjoy entertainments similar to those of the SecondWorld
War days.
Your presence will help us commemorate significant anniversaries - not least our own. The War and Peace Show was first held, albeit under a different name, 30 years ago. It is, of course, the 30th anniversary year of the Falklands War and renowned veteran Simon Weston will be one of our guests at the Show. We shall also be commemorating the 70th anniversary of the Channel Dash, when 18 heroes from the Fleet Air Arm took off in six outdated Swordfish bi-planes to combat the pride of the German navy and the Luftwaffe. Few survived this hopeless enterprise, likened to the Charge of the Light Brigade.
All men and women who served in either World War II or The Falklands campaign will be admitted FREE to the War and Peace Show at The Hop Farm, Paddock Wood, Kent TN12 6PY. The Show takes place from 18th to 22nd July 2012. Special rates will apply for carers and families.
Hire of mobility scooters can be arranged in advance from Safe Hands Mobility on 01303 274574, email folkestone@shmobility.co.uk.
If you would like to attend, please complete the Veterans Entry Form and send it to: The War and Peace Office, The Old Rectory, 45 Sandwich Road, Ash, Kent CT3 2AF, by 9th July 2012 at the latest.
Rex Cadman
War and Peace Show Organiser
Kamis, 14 Juni 2012
Rabu, 13 Juni 2012
Katakan: “Tidak..!”
oleh Renny Masmada
Patih Gajah Mada, tokoh sejarah yang sangat implikatif terhadap gagasan persatuan dan kesatuan bangsa, memberikan gagasan yang sangat inheren bagi pengembangan wawasan dan potensi bangsa kita.
Aku menulis, sebagai ungkapan dari
kelelahanku mengikuti perkembangan nuansa persatuan dan kesatuan bangsa
yang dirusak oleh ulah teroris dan segelintir ‘parasit’ yang sengaja
memecah belah kita, yang pada akhirnya hanya akan merusak tatanan yang
sudah diperjuangkan oleh pendahulu kita, yang mempertaruhkan tidak saja
darah tapi seluruh jiwa dan raga.
Perjalanan sejarah bangsa yang begitu
panjang dan majemuk meninggalkan catatan yang sarat dengan persoalan
yang tidak pernah selesai. Keragaman budaya, agama dan adat-istiadat
yang sebenarnya menjadi kekayaan moral bangsa menjadi begitu mengganggu
perjalanan bangsa ini menuju cita-cita luhur menciptakan negara yang
adil dan sejahtera.
Bhinneka Tunggal Ika, yang lahir dan sudah dikenal lebih dari enam ratus tahun lalu menjadi mubazir dan kehilangan makna.
Wilayah politik yang saat ini menjadi
rebutan kalangan tertentu semakin memperburuk rapor bangsa yang penuh
dengan angka merah dan mengisyaratkan hancurnya nilai-nilai moral bangsa
untuk berdiri di atas kepentingan rakyat.
Lebih dari enam ratus tahun lalu bangsa
ini telah memiliki falsafah yang sangat luhur, persatuan nusantara, yang
sarat dengan muatan dan gagasan pada kerangka dan pola pemikiran yang
sangat inheren terhadap kemajuan bangsa heterogen ini, namun rakyat saat
ini menjadi kecewa ketika melihat bahwa persatuan dan kesatuan bangsa
sekarang ini sedang tercabik-cabik.
Isu beberapa wilayah teritorial kita
yang ingin melepaskan diri dari negara kesatuan Republik Indonesia yang
kita cintai ini semakin menorehkan luka yang sangat panjang di hati
bangsa yang sudah sangat lelah mempertahankan nilai-nilai kesatuan dan
persatuan ini. Rakyat menjadi terpecah-belah, terkotak-kotak.
Kesenjangan ekonomi dan sosial semakin transparan dan segera memicu bom
waktu perpecahan yang akan menenggelamkan peradaban bangsa ini.
Raden Wijaya
RADEN WIJAYA
(Sri Maharaja Sanggramawijaya Sri Kertarajasa Jayawarddhana)
Oleh: WacanaNusantara
11 April, 2011
(Sri Maharaja Sanggramawijaya Sri Kertarajasa Jayawarddhana)
Oleh: WacanaNusantara
11 April, 2011
Setelah kekuasaan Jayakatwang ditaklukan,Raden
Wijaya kemudian memimpin pasukannya ke arah Daha, menggempur balik
pasukan Tartar (Mongol) yang tengah larut dalam uforia menundukan Jawa.
Tak ayal, serangan itu membuat pasukan yang dipimpin oleh Ike Meise
harus kehilangan banyak prajurit sehingga harus menariknya untuk mundur
meninggalkan tanah Jawa.
Krtarajasa Jayawardhana (Nararyya
Sanggramawijaya/Raden Wijaya), memerintah tahun 1215–1231 Saka/1293-1309
AD. Bergelar Sri Maharaja Mahawiratmeswaranindita Parakramottunggadewa
Sri Krtarajasajayawardhana atau Sri Maharaja Sri Yawabhuwana
Parakrameswara Rakryan Maha-mantri Sanggramawijaya Sri Krtarajasa
Jayawardhana Anantawikramottunggadewa. Raden Wijaya adalah pendiri
sekaligus raja pertama yang memerintah Kerajaan Majapahit.
Berdasarkan uraian serat Pararaton,
Raden Wijaya adalah putra Mahisa Campaka dari Kerajaan Singasari.
Menurut Pustaka Rajya Rajya i Bhumi Nusantara, Raden Wijaya adalah putra
pasangan Rakeyan Jayadarma dan Dyah Lembu Tal. Ayahnya adalah putra
Prabu Guru Darmasiksa, raja Kerajaan Sunda Galuh, sedangkan ibunya
adalah putri Mahisa Campaka dari Kerajaan Singasari. Kisah tersebut
mirip dengan cerita Babad Tanah Jawi yang menyebut pendiri Kerajaan
Majapahit bernama Jaka Sesuruh putra Prabu Sri Pamekas raja Kerajaan
Pajajaran, yang juga terletak di kawasan Sunda. Akan tetapi,
Nagarakretagama menyebut Dyah Lembu Tal merupakan putra Narasingamurti
dan memuji Lembu Tal sebagai seorang perwira yuda yang gagah berani dan
ayah dari Raden Wijaya.
Sumber-sumber tertulis mencatat
(Prasasti Balawi; Nagarakrtagama) bahwa Raden Wijaya menikahi
putri-putri Krtanagara: Tribhuwaneswari, Narendraduhita, Jayendradewi,
dan Gayatri. Namun menurut Pararaton, Raden Wijaya menikahi dua putri
Krtanagara, dan seorang putri lain yang berasal dari keturunan Kerajaan
Malayu ‘Dara Petak’. Dari putri sulung Krtanagara yang bergelar
Tribhuwaneswari, Raden Wijaya dikaruniai putra bernama kecil ‘Kalagemet’
dan gelar remi Jayanagara (menurut Pararaton, Jayanagara sebenarnya
putra Dara Petak yang oleh Kakawin Nagarakrtagama disebut Indreswari);
sedangkan dari Dyah Gayatri, Raden Wijaya dikarunia dua putri yaitu Dyah
Gitarja dan Dyah Wiyat.
Pendiri dan Raja Majapahit
Atas kegemilangannya, Raden Wijaya kemudian menjadi raja
di kerajaan yang ia dirikan (Majapahit),
bergelar Sri Maharaja Sanggramawijaya Sri Kertarajasa Jayawarddhana.
Tanggal 15 bulan Kartika tahun 1215 Saka (10 November1293).
Minggu, 10 Juni 2012
NIOD
Berita Indonesia - http://niod.x-cago.com/maleise_kranten/page.do?
picasaweb - https://picasaweb.google.com/home?showall=true
Rabu, 06 Juni 2012
Sejarah Sutomo (Bung Tomo)
Sutomo (lahir di Surabaya 3 Oktober 1920, meninggal di Makkah, 7 Oktober 1981) atau yang dikenal sebagai Bung Tomo, adalah pahlawan yang terkenal karena peranannya dalam membangkitkan semangat rakyat untuk melawan kembalinya penjajah Belanda melalui tentara NICA, yang berakhir dengan pertempuran 10 November 1945 yang hingga kini diperingati sebagai Hari Pahlawan.
Sutomo dilahirkan di Kampung Blauran, di pusat kota Surabaya. Ayahnya bernama Kartawan Tjiptowidjojo, seorang kepala keluarga dari kelas menengah. Ia pernah bekerja sebagai pegawai pemerintahan, sebagai staf pribadi di sebuah perusahaan swasta, sebagai asisten di kantor pajak pemerintah, dan pegawai kecil di perusahan ekspor-impor Belanda. Ia mengaku mempunyai pertalian darah dengan beberapa pendamping dekat Pangeran Diponegoro yang dikebumikan di Malang.
Pada usia 17 tahun, ia menjadi terkenal ketika berhasil menjadi orang kedua di Hindia Belanda yang mencapai peringkat Pandu Garuda. Sebelum pendudukan Jepang pada 1942, peringkat ini hanya dicapai oleh tiga orang Indonesia. Sutomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ketika ia terpilih pada 1944 untuk menjadi anggota Gerakan Rakyat Baru yang disponsori Jepang, hampir tak seorang pun yang mengenal dia. Namun semua ini mempersiapkan Sutomo untuk peranannya yang sangat penting, ketika pada Oktober dan November 1945, ia berusaha membangkitkan semangat rakyat sementara Surabaya diserang habis-habisan oleh tentara-tentara NICA. Meskipun Indonesia kalah dalam pertempuran 10 November itu, kejadian ini tetap dicatat sebagai salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah Indonesia.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, namun ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional.
Pada 7 Oktober 1981 ia meninggal dunia di Makkah, ketika sedang menunaikan ibadah haji. Berbeda dengan tradisi untuk memakamkan para jemaah haji yang meninggal dalam ziarah ke tanah suci, jenazah Bung Tomo dibawa kembali ke tanah air dan dimakamkan bukan di sebuah Taman Makam Pahlawan, melainkan di Tempat Pemakaman Umum Ngagel di Surabaya.
Trierweiler 'Ibu Negara' tetap wartawan,
Oleh: Martine Steenvoort - 05/06/12, 16:34 - Sumber: Reuters
'First Lady' Prancis baru Valerie Trierweiler tetap sebagai wartawan yang bekerja untuk majalah Paris Match Perancis. Ini adalah pertanyaan dalam beberapa pekan terakhir karena kemerdekaan daun.
Menurut Royant adalah Trierweiler bulan november berhenti pelaporan politik, tepat setelah Hollande 57 tahun telah mengumumkan bahwa ia adalah kandidat untuk pemilu Prancis yang menang pada 6 Mei. "Situasi ini tidak pernah kita alami," kata Royant.
Sejak itu, Ibu bekerja hanya dari rumah dan dia tidak termasuk dalam pertemuan editorial. "Tindakan pencegahan ini kami telah mengambil ke Paris Match, dan untuk melindunginya dari kecurigaan kepentingan yang mungkin," jelas editor dari.
Frontpage
Trierweiler mengkritik majalah pada bulan Maret setelah potret dan Hollande pasangannya ditempatkan di halaman depan. Foto tersebut digunakan tanpa izin. Majalah ini ditulis tentang dirinya dan Hollande selama kampanye pemilu. "Apa kejutan untuk diri sendiri di sampul majalah Anda untuk menemukan, saya marah karena mereka telah menggunakan gambar saya," kata Trier Bersepeda waktu melalui Twitter.
Kamis lalu Royant dengan Trierweiler berbicara tentang kontrak barunya. "Dia tampaknya mampu mengatasi batas tersebut. Beberapa minggu terakhir telah menjadi proses pembelajaran dipercepat, "kata Royant. "Cakupan pasangan presiden di tahun mendatang dengan jujur dan tetap independen.
Langganan:
Postingan (Atom)